Rabu, 27 Januari 2010

Menuju kebahagia hidup



Menuju Hidup Bahagia
Salam Hikmah...
Assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahhi wa barakaatuh
Salam Sejahtera...

Banyak yang bisa kita pelajari dari alam di sekitar kita
Allah telah menciptakan makhluknya yang banyak di seluruh jagad raya
Itu semua adalah untuk kita manusia
Agar kita lebih mengenal Penciptanya
Dan agar menjadi pelajaran dalam kehidupan kita
Ada makhluk Allah, yang kita bisa belajar dengannya
Dia adalah seekor anak kerang ...

Seekor anak kerang didasar laut mengeluh kepada ibunya...
"Sebutir pasir tajam masuk kedalam tubuhku yang lembek".
"Anakku, Tuhan tak memberi kita tangan, sehingga ibu tidak bisa menolongmu.
Ibu tahu, itu sakit, tapi terimalah sebagai takdir.
Kuatkan hati, kerahkan semangat melawan nyeri yang menggigit.
Balut pasir itu dengan getah perutmu.
Hanya itulah yang bisa kau perbuat"
Kata ibunya dengan sendu dan lembut sambil menitikkan airmata
Anak kerang pun menurut.

Kadang rasa sakit begitu hebatnya
Sehingga ia sempat meragukan nasehat ibunya.
Dengan air mata ia bertahan
Tidak hanya hari demi hari, tapi bertahun-tahun.
Tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya.
Makin lama makin halus
Rasa sakitpun makin berkurang
makin lama mutiaranya semakin besar
Rasa sakit akhirnya menghilang sama sekali

Sekarang...............
Sebutir mutiara besar, utuh mengkilap,
Dan berharga mahal terbentuk dengan sempurna.
Penderitaannya membuahkan hasil yang menakjubkan.
Dirinya kini menjadi sangat berharga.

(Cerita ini dikutip dari buku Sentuhan Kalbu, karya Ir Permadi Alibasyah)

Sahabat Hikmah...
Untuk mencapai KESUKSESAN (dunia & akhirat)...
Tidak ada yang datang dengan serta merta
Tidak ada 'makan siang gratis'
KESUKSESAN harus melalui suatu PROSES...
Perjuangan adalah suatu proses
Kerja keras adalah suatu proses
Penderitaan adalah suatu proses
Ketidaknyamanan adalah suatu proses
Kegagalan bukan hasil akhir
Kegagalan adalah suatu proses

KESABARAN adalah SYARATnya
KEIKHLASAN adalah NYAWAnya
Dan RASA SYUKUR adalah OBATnya

Tidak ada KESUKSESAN tanpa KEGAGALAN
Dan tidak ada KEBAHAGIAAN tanpa PENDERITAAN

Tidak ada KESUKSESAN bila itu FANA
Dan tidak ada PENDERITAAN bila itu SEMENTARA

KESUKSESAN dan KEBAHAGIAAN yang sebenarnya ...
Adalah apabila dia ABADI

Dan KEGAGALAN serta PENDERITAAN yang sebenarnya...
Adalah apabila dia ABADI

Wallahu a'lam bishowab
Wassalam

Rabu, 06 Januari 2010

" Tanda Tanda Kiamat "

Alhamdulillah
Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu melarang menghiasi masjid dan
memperindahnya, karena yang demikian itu dapat mengganggu shalat seseorang.
Dan ketika beliau memerintahkan merehab Masjid Nabawi, beliau berkata,
“Lindungilah manusia dari hujan, dan janganlah engkau beri warna merah atau
kuning karena akan memfitnah (mengganggu) manusia” [Shahih Bukhari 1 : 539]
Kaligrafi ayat-ayat al-qur’an di dinding masjid termasuk menghiasi
masjd, dan mereka (orang-orang) yang menempelkan ayat-ayat yang
mulia ini hanya menginginkan menempelkannya dengan sia-sia dan
sekedar pemandangan ? Sesungguhnya Al-Qur’an tidak layak dijadikan
permainan sia-sia dan pemandangan yang menjadi hiasan saja.
Sesungguhnya Al-Qur’an lebih tinggi kedudukannya dan lebih agung
derajatnya dari sekedar dijadiakn hiasan dinding.
MEMPERINDAH MASJID DAN BERMEGAH-MEGAHAN DENGANNYA
MUKADIMAH
Artikel ini diambil dari sebagian kecil Tanda-Tanda Kiamat Shugro, yang
dimaksud dengan tanda-tanda kiamat shugro (kecil) ialah tanda-tandanya yang
kecil, bukan kiamatnya. Tanda-tanda ini terjadi mendahului hari kiamat dalam
masa yang cukup panjang dan merupakan berbagai kejadian yang biasa terjadi.
Seperti, terangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, merajalelanya minuman
keras, perzinaan, riba dan sejenisnya.
Dan yang penting lagi, bahwa pembahasan ini merupakan dakwah kepada iman
kepada Allah Ta’ala dan Hari Akhir, dan membenarkan apa yang disampaiakan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, disamping itu juga merupakan
seruan untuk bersiap-siap mencari bekal setelah mati nanti karena kiamat itu
telah dekat dan telah banyak tanda-tandanya yang nampak.

Diantara tanda-tanda lainnya yang menunjukkan dekatnya kiamat ialah
orang-orang memperindah, menghias, bermegah-megahan dalam membangun masjid
serta membangga-banggakannya. Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berasabda.
“Artinya : Tidak akan datang kiamat sehingga manusia bermegah-megahan dalam
membangun masjid” [Musnad Ahmad 3 : 134 dengan catatan pinggir Muntakhab
Kanzul Ummal. Al-Albani berkata “Shahih”. Lihat : Shahih Al-Jami’ush Shagir
6 : 174, hadits nomor 7298]
Dan dalam riwayat Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah dari Anas Radhiyallahu ‘anhu
bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Diantara tanda-tanda telah dekatnya kiamat ialah orang-orang
bermegah-megahan dalam membangun masjid”. [Sunan Nasa’i 2 : 32 dengan syarah
As-Suyuti. Al-Albani mengesahkannya dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir 5 :
213, nomor 5771, Shahih Ibnu Khuzaimah 2 : 282, hadits nomor 1322-1323
dengan tahqiq Dr Muhammad Musthafa Al-A’zhami. Beliau berkata “Isnadnya
shahih”]
Al-Bukhari berkata : Anas berkata, “Orang-orang bermegah-megahan dalam
membangun masjid, kemudian mereka tidak memakmurkannya kecuali hanya
sedikit. Maka yang dimaksud dengan At-Tabaahii (bermegah-megahan) ialah
bersungguh-sungguh dalam memperindah dan menghiasinya”.
Ibnu Abbas berkata , “Sungguh kalian akan memperindah dan menghiasinya
sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani memperindah dan menghiasi tempat
ibadah mereka” [Shahih Bukhari, Kitab Ash-Shalah, Bab Bunyanil Masajid 1 :
539]
Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu melarang menghiasi masjid dan
memperindahnya, karena yang demikian itu dapat mengganggu shalat seseorang.
Dan ketika beliau memerintahkan merehab Masjid Nabawi, beliau berkata,
“Lindungilah manusia dari hujan, dan janganlah engkau beri warna merah atau
kuning karena akan memfitnah (mengganggu) manusia” [Shahih Bukhari 1 : 539]
Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada Umar, karena orang-orang tidak mau
menerapkan wasiatnya, bahkan mereka tidak hanya memberi warna merah atau
kuning, tapi sudah lebih dari itu hingga mengukir dan melukis masjid seperti
melukis pakaian. Dan para Raja dan Khalifah sudah bermegah-megahan dalam
membangun masjid sehingga sangat mengagumkan. Masjid-masjid yang dibangun
dengan kemegahan semacam itu sebagaimana yang ada di Syam, Mesir, Maroko,
Andalus dan sebagainya. Dan sampai sekarang kaum muslimin senatiasa
berlomba-lomba dan bermegah-megahan dalam memperindah dan menghiasi masjid.
Tidak disangsikan lagi bahwa memperindah, menghiasi dan bermegah-megahan
dalam membangun masjid termasuk perbuatan berlebih-lebihan dan mubadzir.
Padahal, memakmurkan masjid itu adalah dengan melaksanakan ketaatan dan
berdzikir di dalamnya, dan cukuplah bagi manusia sekiranya mereka sudah
terlindung dari panas dan hujan di dalam masjid. Sungguh diancam dengan
kehancuran apabila masjid-masjid sudah diperindah dan mushaf-mushaf sudah
dihiasi sedemikian rupa. Al-Hakim At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Darda’
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata.
“Artinya : Apalagi kamu sudah menghiasi (memperindah) masjid-masjidmu dan
mushaf-mushafmu, maka kehancuran akan menimpamu” [1]
Al-Munawi [2] berkata , “Maka memperindah masjid dan menghiasi mushaf itu
terlarang, sebab dapat menggoda hati dan menghilangkan kekhusyu’an,
perenungan, dan perasaan hadir di hadapan Allah Ta’ala. Menurut golongan
Syafi’iyah, menghiasi masjid atau Ka’bah dengan emas atau perak adalah haram
secara mutlak, dan dengan selain emas dan perak hukumnya makruh” [Faidhul
Qadir 1 : 367]
[Disalin dari kitab Asyratus Sa’ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat,
oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA, Terbitan CV Pustaka Mantiq,
hal.111-112]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dengan mendahulukan dan
mengakhirinya (membalik susunannya) dalam Kitab Az-Zuhdi halaman 275, hadits
nomor 797 dengan tahqiq Habibir-Rahman Al-Azhami. Dan Al-Bani menyebutkan
isnad Ibnu Mubarak dalam As-Silsilah dengan mangatakan, ‘Ini adalah isnad
yang perawi-perawinya adalah perawi-perawi kepercayaan, perawi-perawi
Muslim, tetapi saya tidak tahu apakah Bakar bin Suwadah (yang meriwayatkan
dari Abu Darda) ini mendengar dari Abu Darda’ atau tidak ?” Hadits ini
disebutkan oleh Al-Baghawi dalam Syarah As-Sunnah 2 ; 350 dan beliau
menisbatkannya kepada Abu Darda’.
As-Suyuthi menisbatkannya di dalam Al-Jami’ush Shagir halaman 27 kepada
Al-Hakim dan Abu Darda’ dan memberi siyarat dha’if. Demikian pula Al-Munawi
mendhaifkannya dalam Faidhul Qadir 1 ; 367, hadits nomor 658.
[2] Belaiu adalah Zainuddin Muhammad bin Abdur Ra’uf bin Tajul Arifin bin
Ali bin Zainul Abidin Al-Haddadi Al-Munawi. Beliau memiliki delapan buah
karangan, terutama dalam bidang hadits, biografi, dan sejarah. Beliau wafat
di Kairo pada tahun 1031H. Semoga Allah merahmati beliau. Lihat Al-A’lam 6 :204

smoga berguna & bermanfaat

wss,